Kabar dari Kaki Gunung Merapi

Letusan merapi tahun 2010 memang letusan terbesar merapi dalam 20 tahun terakhir ini. letusan merapi ini memang sudah saatnya untuk mengeluarkan isinya. hujan abu dan hujan materil dari gunung merapi telah memporak-porandakan daerah sekitarnya, terutama di kaki gunung merapi tersebut. di dunia ini memang sangat banyak sekali gunung berapi, tapi mengapa merapi menjadi perhatian dunia? jawabannya adalah sederhana, karena ada kehidupan dan peradaban manusia di kaki gunung merapi tersebut mulai dari berjarak kurang dari 5 kilometer dari puncak gunung merapi hingga ke kota dan memiliki intensitas penduduk yang cukup padat.

Penduduk di kaki gunung merapi ini memiliki mata pencaharian bertani, berternak, berkebun dan juga menambang pasir merapi. pasir merapi (menurut warga sekitar) merupakan pasir terbaik untuk diolah kembali menjadi bahan bangunan. baiknya kualitas pasir ini membuat banyak penduduk di sekitar gunung merapi mulai menambang pasir untuk di jual. memang benar, pasir-pasir ini sangat laku untuk di jual, dan spontan memberikan kemakmuran bagi penduduk sekitar lereng merapi. tidak heran jika sebagian warga merapi yang memiliki pekerjaan sebagai penambang pasir memiliki rumah bertembok beton, berlantai keramik dan memiliki kendaraan pribadi.

Namun jika kita berjalan lagi hingga 5 km dari puncak, terdapat dusun dengan penduduknya yang bermata pencaharian sebagai peternak dan petani. kehidupan sederhana mereka disana dengan rumah terbuat dari kayu dan jalanan sempit yang cukup di lalui satu mobil saja. mereka nampak betah hidup di kaki gunung merapi, karena tanah di kaki gunung tersebut memberikan kesuburan sehingga menjamin keberlangsungan hidup mereka dengan terdapatnya sumber mata air yang berlimpah ruah. pos pengamatan gunung merapi saja berjarak lebih dari 5 km dari puncak.

selain itu keberadaan merapi tidak lepas dari mitologi terbentuknya kerajaan mataram dan sengaja di pelihara demi keberlangsungan kekuasaan kerajaan mataram tersebut. hal yang perlu kita ingat, bahwa saat ini sebagian besar masyarakat ngayogyakarto dan sekitarnya masih mendengarkan perkataan keraton dan sultan. jangan sekali-kali menyalahkan ajaran nenek moyang mereka dengan agama yang sekarang kita anggap benar. kepercayaan mereka tersebut juga memberikan arti untuk semangat keberlangsungan hidup mereka.

padatnya penduduk di lereng merapi ini, tidak membuat pemerintah menutup mata. pemerintah telah membuat beberapa skenario evakuasi penduduk sekitara lereng gunung merapi dengan sangat matang. saya berani bilang, bahwa korban meninggal telah di minimalisir karena kesigapan dan kesiapan aparat. terpujilah mereka….

letusan merapi pertama pada tanggal 26 oktober 2010 dan diiringi letusan-letusan lainnya kemudian, telah memaksa penduduk sekitar lereng merapi untuk mengungsi. benar saja mereka harus di ungsikan. selain ancaman lahar panas, lahar dingin dan wedhus gembel, hujan abu tanpa persiapan sebelumnya mampu mengancam mereka. ketika saya berada di lapangan di Ring 2 (5-10 km dari puncak merapi) ketebalan abu vulkanik mencapai lebih 15 cm untuk wilayah timur merapi, di daerah selatan merapi setinggi paha orang dewasa (kesaksian tim sar dari ponorogo, kami memanggilnya mas bro). ketebalan abu vulkanik ini menumpuk menjadi pasir dan mengeras seperti semen setelah terkena air hujan dan mengering. suasana asri nan hijau di lereng merapi berubah menjadi daerah abu-abu seperti layaknya kota mati tanpa ada kehidupan. tanaman pun menjadi gagal panen, padahal sebentar lagi memasuki masa panen. menurut warga, harga cabe di lereng merapi pun melambung tinggi hingga 40.ooo perkilogram karena banyak dari tanaman cabai ini gagal panen karena terkena abu vulkanik. tanaman salak pun tidak selamat. pohon-pohon bambu ambruk tidak kuat menahan beratnya abu vulkanik. spontan, kehidupan warga sekitar lereng merapi pun menjadi mati.

selama warga lereng merapi di penungsian, dapat kita bayangkan trauma mereka ketika merapi meletus. dan di perparah lagi dengan tidak adanya kegiatan yang mampu mengurangi stress, trauma dan depresi mereka. pandangan mereka menunjukkan kepasrahan karena ladang-ladang mereka gagal panen dan ternak-ternak mereka mati, di tambah rumah mereka yang tertutup abu vulkanik. tanah yang tertutup abu vulkanik haruslah di bersihkan dan diairi kembali agar tanah mampu untuk ditanami kembali. kebutuhan para korban merapi saat ini adalah peralatan rumah tangga, cangkul dan bibit tanaman (baik itu padi,cabe, salak, dsb). dan agar kehidupan di lereng kembali menjadi seperti semula memakan waktu yang cukup lama.

dalam jangka pendek, bencana ini membawa derita, air mata dan derita. namun dalam jangka panjang, dampak letusan gunung merapi ini memberikan kesuburan.

pemulihan kembali kondisi lereng merapi bukan saja menjadi tanggungan warga lereng merapi saja, namun juga tanggungan kita semua. jika  mengaku berdarah dan bertanah air satu, Indonesia, maka haruslah kita bantu saudara-saudara kita.

jayalah negeri ku, jayalah alam ku….

Leave a comment