ketika otak dan otot berbicara

Hidup……tak akan pernah lepas dari masalah. Karena masalahlah yang membuat kita hidup. dan masalah itu sendiri datang dari diri kita sendiri. seperti ketika kita lapar dan tidak ada makanan, itu masalah bagi kita yang lapar. dan yang kenyang…??? bukan urusan mereka…. kan mereka kenyang…. sehingga  masalah itu sendiri bagaikan anak tangga untuk mencapai ke atas. ibarat kata bagaimana kita berusaha menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam kehidupan kita sehari2 ada dua cara menyelesaikan masalah, yaitu menggunakan otak dan menggunakan otot. Ada sebagian orang yang lebih memilih menggunakan “otot”nya… dan ini yang telah saya gunakan dulu. ternyata dengan menggunakan otot hanya menimbulkan masalah yang lainnya dan hanya menciderai diri sendiri juga. karena otot harus menjawab masalah dengan pukulan, al hasil sebagian besar orang yang menggunakan cara ini lebih sering menghasilkan masalah yang baru dan masalah yang lebih runyam. dan biasanya akan berhujung pada perkelahian antar kelompok atau dikenal dengan tawuran, ‘tawuran’ adalah suatu bentuk jawaban terhadap masalah yang banyak orang bilang adalah cara ‘bar-bar’ a la Indonesia. dan kita menganggap kebudayaan telah maju, cara seperti itu tidak digunakan lagi, dan lebih masuk ke pertanyaan-pertanyaan sehingga permasalahan di jawab dengan pikiran. disinilah otak bermain…

otak bermain dengan menggunakan 5w1h atau yang kita kenal dengan pertanyaan What,Who,When,Where,Why dan How. apa masalahnya, pada siapa masalahnya, kapan masalanya, dimana masalahnya, kenapa masalah ini bisa terjadi dan bagaimana caranya untuk menyelesaikannya. penggunaan ini nampak seperti penciptaan brain map pada masalah kita. sudah muthakhir nampaknya otak manusia…

seperti lapar… masalahnya adalah lapar. hari ini saya lapar. jika saya lapar saya tidak ada tenaga untuk bekerja di istana negara sebagai tukang sapu. saya lapar karena tidak ada makanan untuk dimakan. maka saya harus mencari makanan untuk di makan.

jika kita berdialektika pasti akan selalu timbul pertanyaan baru pada segala permasalahan yang ingin kita selesaikan. selalu ada pertanyaan-pertanyaan baru terhadap permasalahan. malah jadinya terkadang masalah kecil menjadi besar…. bahkan sangat besar sekali….

seperti masalah lapar… padahal penyelesaiannya ya tinggal makan saja.. cari di hutan… eh… malah di kaitin masalah2 politik… negara lah…presiden lah.. undang2 lah…. malah perut makin lapar mikir sedemikian rupa… mendingan isi perut dulu sehingga bisa berfikir ke akar masalahnya.

namun ternyata pada sebagian orang, masih ada yang menggunakan pemakaian otak dan otot pada saat yang bersamaan. karena masih dalam transisi. ketika otak menemui jalan buntu maka otot adalah penyelesaiannya. hm…. kadang2 penggunan otot menghasilkan masalah sedangkan penggunaan otak hanya akan memperbesar dan menghasilkan pertanyaan baru yang “mungkin” nanti hanya akan menimbulkan masalah baru, atau mungkin juga akan mengarah pada penyelesaian masalah versi K-1 championship.

penggunaan otak sebenarnya dapat menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan permasalahan yang baru. yaitu dengan dibarengi rasa “sabar dan ikhlas”. mau sebesar apapun masalahnya pastilah akan selesai dengan menggunakan metode sabar dan ikhlas.  namun, sabar dan ikhlas itu bukan berarti engkau adalah pecundang. pecundang yang disebut karena dia sabar dan ikhlas tak lebih berharga dari berlian yang sedang di sepuh.

dewasa ini rasanya sulit sekali melihat orang2 menyelesaikan masalah dengan teknik penggunaan sabar dan ikhlas ini. yang ada mereka hanya akan memikirkan bahwa dirinya lah yang paling benar dan paling terbaik. padahal dengan sabar dan ikhlas ini dapat menyelesaikan segala masalah hingga akar2nya dan tuntas… namun tanpa kelapangan dada, hanya akan menghasilkan pemasalahan baru yang lebih runyam dan rumit bahkan biasanya bermain otot, benda tumpul atau benda tajam lainnya.

Kita sebagai bangsa indonesia (jika kalian merasa) seharusnya sebagian besar memiliki jiwa ini. karena telah terdidik dalam tata krama kita tiap hari. jika tidak bisa ikhlas dan tidak bisa sabar, maka bisa di bilang dia hampir tidak menjadi bangsa indonesia moderen. tapi siapa yang tahu selain diri manusia itu sendiri yang mengetahuinya, orang lain hanya menilai.

Leave a comment