Kabar dari Kaki Gunung Merapi

Posted in Opini on November 25, 2010 by Danang

Letusan merapi tahun 2010 memang letusan terbesar merapi dalam 20 tahun terakhir ini. letusan merapi ini memang sudah saatnya untuk mengeluarkan isinya. hujan abu dan hujan materil dari gunung merapi telah memporak-porandakan daerah sekitarnya, terutama di kaki gunung merapi tersebut. di dunia ini memang sangat banyak sekali gunung berapi, tapi mengapa merapi menjadi perhatian dunia? jawabannya adalah sederhana, karena ada kehidupan dan peradaban manusia di kaki gunung merapi tersebut mulai dari berjarak kurang dari 5 kilometer dari puncak gunung merapi hingga ke kota dan memiliki intensitas penduduk yang cukup padat.

Penduduk di kaki gunung merapi ini memiliki mata pencaharian bertani, berternak, berkebun dan juga menambang pasir merapi. pasir merapi (menurut warga sekitar) merupakan pasir terbaik untuk diolah kembali menjadi bahan bangunan. baiknya kualitas pasir ini membuat banyak penduduk di sekitar gunung merapi mulai menambang pasir untuk di jual. memang benar, pasir-pasir ini sangat laku untuk di jual, dan spontan memberikan kemakmuran bagi penduduk sekitar lereng merapi. tidak heran jika sebagian warga merapi yang memiliki pekerjaan sebagai penambang pasir memiliki rumah bertembok beton, berlantai keramik dan memiliki kendaraan pribadi.

Namun jika kita berjalan lagi hingga 5 km dari puncak, terdapat dusun dengan penduduknya yang bermata pencaharian sebagai peternak dan petani. kehidupan sederhana mereka disana dengan rumah terbuat dari kayu dan jalanan sempit yang cukup di lalui satu mobil saja. mereka nampak betah hidup di kaki gunung merapi, karena tanah di kaki gunung tersebut memberikan kesuburan sehingga menjamin keberlangsungan hidup mereka dengan terdapatnya sumber mata air yang berlimpah ruah. pos pengamatan gunung merapi saja berjarak lebih dari 5 km dari puncak.

selain itu keberadaan merapi tidak lepas dari mitologi terbentuknya kerajaan mataram dan sengaja di pelihara demi keberlangsungan kekuasaan kerajaan mataram tersebut. hal yang perlu kita ingat, bahwa saat ini sebagian besar masyarakat ngayogyakarto dan sekitarnya masih mendengarkan perkataan keraton dan sultan. jangan sekali-kali menyalahkan ajaran nenek moyang mereka dengan agama yang sekarang kita anggap benar. kepercayaan mereka tersebut juga memberikan arti untuk semangat keberlangsungan hidup mereka.

padatnya penduduk di lereng merapi ini, tidak membuat pemerintah menutup mata. pemerintah telah membuat beberapa skenario evakuasi penduduk sekitara lereng gunung merapi dengan sangat matang. saya berani bilang, bahwa korban meninggal telah di minimalisir karena kesigapan dan kesiapan aparat. terpujilah mereka….

letusan merapi pertama pada tanggal 26 oktober 2010 dan diiringi letusan-letusan lainnya kemudian, telah memaksa penduduk sekitar lereng merapi untuk mengungsi. benar saja mereka harus di ungsikan. selain ancaman lahar panas, lahar dingin dan wedhus gembel, hujan abu tanpa persiapan sebelumnya mampu mengancam mereka. ketika saya berada di lapangan di Ring 2 (5-10 km dari puncak merapi) ketebalan abu vulkanik mencapai lebih 15 cm untuk wilayah timur merapi, di daerah selatan merapi setinggi paha orang dewasa (kesaksian tim sar dari ponorogo, kami memanggilnya mas bro). ketebalan abu vulkanik ini menumpuk menjadi pasir dan mengeras seperti semen setelah terkena air hujan dan mengering. suasana asri nan hijau di lereng merapi berubah menjadi daerah abu-abu seperti layaknya kota mati tanpa ada kehidupan. tanaman pun menjadi gagal panen, padahal sebentar lagi memasuki masa panen. menurut warga, harga cabe di lereng merapi pun melambung tinggi hingga 40.ooo perkilogram karena banyak dari tanaman cabai ini gagal panen karena terkena abu vulkanik. tanaman salak pun tidak selamat. pohon-pohon bambu ambruk tidak kuat menahan beratnya abu vulkanik. spontan, kehidupan warga sekitar lereng merapi pun menjadi mati.

selama warga lereng merapi di penungsian, dapat kita bayangkan trauma mereka ketika merapi meletus. dan di perparah lagi dengan tidak adanya kegiatan yang mampu mengurangi stress, trauma dan depresi mereka. pandangan mereka menunjukkan kepasrahan karena ladang-ladang mereka gagal panen dan ternak-ternak mereka mati, di tambah rumah mereka yang tertutup abu vulkanik. tanah yang tertutup abu vulkanik haruslah di bersihkan dan diairi kembali agar tanah mampu untuk ditanami kembali. kebutuhan para korban merapi saat ini adalah peralatan rumah tangga, cangkul dan bibit tanaman (baik itu padi,cabe, salak, dsb). dan agar kehidupan di lereng kembali menjadi seperti semula memakan waktu yang cukup lama.

dalam jangka pendek, bencana ini membawa derita, air mata dan derita. namun dalam jangka panjang, dampak letusan gunung merapi ini memberikan kesuburan.

pemulihan kembali kondisi lereng merapi bukan saja menjadi tanggungan warga lereng merapi saja, namun juga tanggungan kita semua. jika  mengaku berdarah dan bertanah air satu, Indonesia, maka haruslah kita bantu saudara-saudara kita.

jayalah negeri ku, jayalah alam ku….

ilmu agama harusnya seperti ilmu padi

Posted in Opini on August 29, 2010 by Danang

Tiap orang pasti memeluk bantal agama. Tiap orang yang terbaring dalam bantal itu pasti akan mengatakan agama mereka yang paling benar. Seharusnya agama itu tidak membuat mereka tertidur, seharusnya mampu untuk membangunkan tubuh malas mereka. Makin hari, makin banyak kita saksikan orang-orang yang merasa paling benar dengan pembenaran agama. dan yang lain salah….. terus untuk apa ada agama yang lainnya…? untuk menguji iman manusia…?

tanaman tidak bisa memilih tempat tumbuh untuk mendapatkan air dan terik mentari. semakin dalam ilmu agama seseorang, seharusnya semakin mengerti bahwa tiap hal tekecil di dunia ini bukan untuk dihabisi dan ada tidak manfaatnya. debu pun bermanfaat, kawan..!. bila agama hanya menyempitkan pandanganmu, maka kalian hanya miniatur papan majalah dinding sekolah tk saja.

padi, semakin berisi maka akan semakin merunduk.

padi yang berisi bukan lagi berwarna hijau, tapi menguning emas.

dan emas adalah logam mulia

indera penglihatan, bohongkah mereka?

Posted in Opini on August 29, 2010 by Danang

seketika bulan terbenam, manusia-manusia subuh itu telah bersiap-siap untuk bekerja mencari lembaran-lembaran uang untuk dikumpulkan demi memenuhi mimpi mereka. bergegas, mungkin tanpa sarapan roti dan mentega import yang renyah terlebih dahulu mereka santap. segelas air putih dan doa pun sudah cukup mengisi perut-perut pekerja keras tersebut. orang-orang ini adalah mereka yang hidup dan bekerja di bawah balutan terik matahari dan debu-debu yang cukup untuk memendekkan umurmu.

jika engkau adalah orang yang biasa hidup dalam kotak besi ajaib berjalan yang bisa mengeluarkan hawa dingin egois itu, cobalah sesekali berjalan kaki, menghadapi mara bahaya yang kalian takutkan. berjalan hingga kulit kalian sudah tak mampu lagi mengeluarkan cairan asin itu. mungkin selama kalian dalam besi ajaib dalam balutan pakaian bersih serta enak dipandang dan teman-teman sosial kalian yang serupa, maka pasti akan kalian katakan…… “Inilah dunia”.. lantas apa yang akan kalian katakan ketika kalian berjalan dalam himpitan kerasnya dunia.

bagi kalian yang selalu makan teratur setiap harinya… sudahkah kalian tidak makan dan minum satu hari penuuuuuh saja…. satu hari saja permintaanku. dari mentari tepat di atas kepala kalian hingga kembali lagi posisi mentari tersebut di atas kepala kalian….

hidup ini bukan sepetak tempat sampah sederhana. seharusnya mampu menjadi surga bagi semua makhluk hidup. apakah pandangan yang kalian ingin lihat adalah dunia…. pertanyakan lah kawan. mungkin indera kalian sedang menipu… tutuplah sejenak, hingga pandangan kalian tak sesempit pakaian dalam kalian dengan merek terkenal itu…

Tak Bermakna…

Posted in Opini on March 14, 2010 by Danang

Nuansa pagi yang akan selalu tertanam dalam benak ku. Kabut putih di pagi yang menusuk membangunkan penghuninya untuk memulai harinya. Perlahan Rona Mentari masuk menembus pepohonan membentuk suatu keindahan yang ternilai. Mulai memberikan petanda mulainya kehidupan. Deras suara sungai menambah sejuknya udara pagi itu.

Sendiri terduduk di lapangan sepi bertepi Hutan. Seorang pemuda menanyakan segala pertanyaan akan dirinya sendiri. Tenggelam dalam lautan kegundahan, mencoba berenang ke permukaan untuk bertahan menghindari kematian. Tersadar bahwa telah terjebak dalam potongan puzle kehidupan, tanpa memikirkan dan menyadari telah meninggalkan skenario besar dalam hidupnya. Rasa penyesalan pasti ada. Dan percayalah ia telah memilih jalan yang berbeda, Jalan menuju lorong sunyi kegelapan, tanpa cahaya.

Namun semua itu telah berbeda, Sekarang secercah cahaya telah muncul dan menuntunnya kembali ke permukaan untuk selanjutnya terbang ke Langit Ke Tujuh. Tapi akankah kerajaan surga dan nirwana masih menerimanya..?

Guratan Tinta Elektronik Seorang Pemuda

Posted in Kisah Cinta, on January 19, 2010 by Danang

Seorang pemuda yang setiap pagi selalu memulai rutinitasnya dengan membakar sepuntung rokok yang di sisakannya sebelum tidur, ditemani kopi dingin yang belum habis ditenggaknya tadi malam. Setiap harinya pemuda ini memulai harinya dengan pikiran pesimisnya sebelum memulai aktivitasnya di pagi itu. Pertanyaan akan keberadaan dirinya (eksistensialisme), siapakah diri nya dan untuk apa dirinya ada, merupakan pertanyaan yang selalu di tanyakannya kepada dirinya seketika ia bangun. Tak memikirkan akan apa yang akan dia lakukan pada hari itu. dan orang-orang pun pastinya mencap dirinya sebagai pemuda dengan masa depan yang suram, tak memiliki masa depan dengan agenda pastinya.

Pemuda itu berjalan menuju surau untuk melaksanakan ibadahnya. dan menunggu pagi untuk berangkat ke kampusnya demi menimba ilmu. Menapaki jalan setapak yang membelah persawahan dan sungai menuju tempat yang ia hendak tuju. menatap tingginya gunung dan birunya langit sembari bertanya: “kelak aku jadi apa????”. lantas dengan wajah murung ia menundukkan kembali wajahnya menatap tanah yang akan ia injak. Merasa dirinya seperti tanah tersebut, , merasakan dirinya yang selalu terinjak-injak oleh takdir yang ia sendiri tidak mengerti apa itu takdir. Walau nyatanya ia rajin ke surau dan mengikuti pengajian untuk menerima doktrin2 sistematis itu, yang tak mampu menjawab segala pertanyaan-pertanyaan kafir itu. Sehingga diam adalah salah satu cara agar tidak terdepak dari lingkungan agamisnya.

Hari berganti hari pertanyaan yang membebaninya semakin banyak. mulai dari keberadaan dirinya, mengenai  Tuhan, mengenai alam, mengenai kebenaran yang sebenarnya, mengenai sejati dirinya, mengenai segala macam asal muasal dan mengenai kesendiriannya. Pertanyaan-pertanyaan yang enggan ia ajukan ke sembarang orang, ia tak mudah percaya dengan orang-orang di sekitarnya. Dunia telah membuat pemuda ini selalu berfikir pesimis. Tak ada yang pasti, dalam benaknya “Hanya ada kesendirian yang abadi”. Kita yang terlahir sendiri, memberi makan untuk diri kita sendiri, mati sendiri dan dikubur sendiri, dan jika hari akhir itu benar adanya, maka kita berhadapan dengan malaikat, sendiri.

Bait demi bait syair kepedihan di goreskan dalam hatinya yang yang tak bertepi di tengah keterbatasannya.  Kata demi kata yang ia tahan berubah menjadi Luka yang dalam. Tak lagi ia pedulikan norma-norma yang simpang siur di hadapannya. Wanita dan Pria tak lagi berbeda. Berubah seketika menjadi sama saja. Baik dan buruk sama saja, tak ada artinya. membuatnya percaya bahwa oposisi biner adalah buatan untuk mengendalikan masyarakat yang pastinya adalah liar seperti binatang. menatap tumbuhan, hewan dan manusia sama adanya, atas dasar mereka hidup, dan akan melakukan apa saja untuk hidup.

Tabir gundah gulana ia jawab sendiri sesuka hatinya. tak lagi ada tanya ketika ia menjawab sendiri bahwa semua itu sama saja.

Namun telah disadarinya bahwa jika semua ini sama saja, lantas untuk apa hidup. bermula dari pemikirannya akan takdir, ia menerima bahwa segala sesuatu yang dilakukannya adalah atas kehendak Tuhan melalui garis takdir yang telah ditentukannya. Namun apa istimewanya manusia jika takdir itu membelenggunya. Dan tiap nafas pemuda ini telah menjawab kebenaran bahwa takdir itu adalah kita sendiri yang menentukan. dan Tuhan lah yang kemudian memutuskan. orang miskin akan tetap miskin jika menyerahkan diri sepenuhnya pada takdir dan tidak berusaha. orang akan mati jika menanti takdir memberinya makan sehari-hari dengan harapan rejeki menghampirinya tanpa mencari. dan ini semua pikiran bodoh ini benar-benar salah adanya.

“jika kita ingin berubah, maka kita harus memulainya dari diri kita sendiri”

Kemudian pemuda ini menjawab kegundahan hatinya mengenai keberadaan dirinya di alam ini dengan beribu badai pengalaman yang menerpanya. Bahwa darah dan dagingnya ini diciptakan bukanlah untuk dirinya sendiri. Tapi darag dan dagingnya seharusnya ia abdikan untuk melayani orang lain. atas dasar kesedihan dirinya menyaksikan ketidak adilan yang ada pada orang-orang yang lemah yang secara tak sadar mereka telah di tindas habis-habisan. Maka pemuda ini lebih menghargai hidupnya jika ia mampu berguna bagi orang lain. Dan ia berusaha menjadi manusia yang lebih baik dari manusia-manusia lainnya agar kelak mampu mengayomi alam beserta isinya dengan mengabdikan dirinya menjadi pelayan.

Kesendiriannya ingin ia abdikan kepada alam, dengan harapan kepedihan kesendirian tersebut akan sirna. namun tak disangka datanglah pasangan hidupnya. Disanalah ia benar-benar belajar mengenai apa itu cinta. yang kemudian berubah menjadi asmara. Timbul kegelisahannya bahwa segala kata cintanya terhadap sesama tidak sebesar cintanya kepada wanita tersebut. karena terlalu luar biasa adanya. maka ia pertanyakan kembali cintanya kepada alam beserta isinya, yang ternyata tidak seluar biasa yang ia rasakan pada wanita yang mencintainya. Dan ternyata memang itulah ia sadari bahwa dirinya adalah manusia biasa yang kelak menjadi luar biasa dengan sentuhan cinta.

Pemuda ini melepas batas-batas pikirannya dan hatinya, membuka jendela-jendela yang selama ini menggelapkannya, menatap arah dunia yang lebih cerah, yang kemudian terlihatnya adil di tengah ketidakadilannya, terlihatnya kebenaran yang sebenarnya di tengah kedustaan massal. Dan ia berlutut sembari berdoa dan berterimakasih, Karena perjalanan hidupnya tak akan ia mengerti jika tak pernah bersentuhan dengan “Cinta”. Dan kini ia telah memiliki cita-cita untuk ia tuju berkat sentuhan mistis dari “cinta”. dan luka-luka di hatinya sembuh seketika berkat sentuhan Cinta.

Cinta adalah sesuatu yang bias, tak terdefinisikan, dan tak ada batasnya. yang terkadang membuat kita buta di satu sisi, namun jika berhasil menyadarinya maka akan membuat kita menatap dunia lebih indah atas apa-adanya.

Rutinitas kita…… membosankan?

Posted in Opini on October 23, 2009 by Danang

setiap pagi, melihat mayat-mayat yang bergerak. bangun pagi, mandi, berdoa, kerja , pulang tidur. dan ini adalah rutinitas sebagian besar para pekerja di seluruh dunia. bekerja demi uang guna melangsungkan hidup, dan telah merelakan dirinya diletakkan di altar pemujaan. berjalan dengan tidak sadar menuju tempat dimana dia kerja. sibuk dengan kerja mereka hampir tidak memiliki waktu untuk berfikir apa yang telah mereka lakukan. pekerjaan seiap hari yang mereka lakukan hanya untuk diri mereka. pemikiran mereka terbelenggu untuk memikirkan yang lainnya dan akhirnya mereka terbelenggu oleh pekerjaan mereka, dari pagi hingga sore. pikiran mereka terbebani oleh tekanan pekerjaan. sehingga hampir tidak ada ruang untuk berfikir secara bebas. yang terlintas di beberapa orang-orang itu pada malam hari adalah, “besok aku harus menyelesaikan laporan, jika tidak karirku akan tamat, dan jika karirku tamat maka aku tidak memiliki uang untuk melangsungkan hidupku…bagaimana anak dan istriku”. itulah yang terlintas dibenak setiap orang yang hidup di dalam dunia kerja yang mereka adalah orang kantoran yang bekerja di koorporasi.

secara tidak langsung mereka rela mengorbankan diri dari hari senin hingga jum’at (bahkan ada yang kerja setiap hari, senin-minggu) demi perusahaan dimana mereka bekerja. di benak mereka terngiang pikiran untuk bekerja dan bekerja. mereka seolah2 diberikan “tanggung jawab” yang hukumnya wajib bagi mereka. sehingga menjadi kewajiban mereka. padahal mereka juga punya hak. tapi anehnya mereka terkadang mengikhlaskan hak mereka… ya mau bagaimana lagi… itu hak mereka. dan mereka nyaman… jadinya ya sudahlah… ikhlas aja… kalo kata orang jawa nerimo….tapi apa mau nrimo terus….????

ketika otak dan otot berbicara

Posted in Opini on October 23, 2009 by Danang

Hidup……tak akan pernah lepas dari masalah. Karena masalahlah yang membuat kita hidup. dan masalah itu sendiri datang dari diri kita sendiri. seperti ketika kita lapar dan tidak ada makanan, itu masalah bagi kita yang lapar. dan yang kenyang…??? bukan urusan mereka…. kan mereka kenyang…. sehingga  masalah itu sendiri bagaikan anak tangga untuk mencapai ke atas. ibarat kata bagaimana kita berusaha menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam kehidupan kita sehari2 ada dua cara menyelesaikan masalah, yaitu menggunakan otak dan menggunakan otot. Ada sebagian orang yang lebih memilih menggunakan “otot”nya… dan ini yang telah saya gunakan dulu. ternyata dengan menggunakan otot hanya menimbulkan masalah yang lainnya dan hanya menciderai diri sendiri juga. karena otot harus menjawab masalah dengan pukulan, al hasil sebagian besar orang yang menggunakan cara ini lebih sering menghasilkan masalah yang baru dan masalah yang lebih runyam. dan biasanya akan berhujung pada perkelahian antar kelompok atau dikenal dengan tawuran, ‘tawuran’ adalah suatu bentuk jawaban terhadap masalah yang banyak orang bilang adalah cara ‘bar-bar’ a la Indonesia. dan kita menganggap kebudayaan telah maju, cara seperti itu tidak digunakan lagi, dan lebih masuk ke pertanyaan-pertanyaan sehingga permasalahan di jawab dengan pikiran. disinilah otak bermain…

otak bermain dengan menggunakan 5w1h atau yang kita kenal dengan pertanyaan What,Who,When,Where,Why dan How. apa masalahnya, pada siapa masalahnya, kapan masalanya, dimana masalahnya, kenapa masalah ini bisa terjadi dan bagaimana caranya untuk menyelesaikannya. penggunaan ini nampak seperti penciptaan brain map pada masalah kita. sudah muthakhir nampaknya otak manusia…

seperti lapar… masalahnya adalah lapar. hari ini saya lapar. jika saya lapar saya tidak ada tenaga untuk bekerja di istana negara sebagai tukang sapu. saya lapar karena tidak ada makanan untuk dimakan. maka saya harus mencari makanan untuk di makan.

jika kita berdialektika pasti akan selalu timbul pertanyaan baru pada segala permasalahan yang ingin kita selesaikan. selalu ada pertanyaan-pertanyaan baru terhadap permasalahan. malah jadinya terkadang masalah kecil menjadi besar…. bahkan sangat besar sekali….

seperti masalah lapar… padahal penyelesaiannya ya tinggal makan saja.. cari di hutan… eh… malah di kaitin masalah2 politik… negara lah…presiden lah.. undang2 lah…. malah perut makin lapar mikir sedemikian rupa… mendingan isi perut dulu sehingga bisa berfikir ke akar masalahnya.

namun ternyata pada sebagian orang, masih ada yang menggunakan pemakaian otak dan otot pada saat yang bersamaan. karena masih dalam transisi. ketika otak menemui jalan buntu maka otot adalah penyelesaiannya. hm…. kadang2 penggunan otot menghasilkan masalah sedangkan penggunaan otak hanya akan memperbesar dan menghasilkan pertanyaan baru yang “mungkin” nanti hanya akan menimbulkan masalah baru, atau mungkin juga akan mengarah pada penyelesaian masalah versi K-1 championship.

penggunaan otak sebenarnya dapat menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan permasalahan yang baru. yaitu dengan dibarengi rasa “sabar dan ikhlas”. mau sebesar apapun masalahnya pastilah akan selesai dengan menggunakan metode sabar dan ikhlas.  namun, sabar dan ikhlas itu bukan berarti engkau adalah pecundang. pecundang yang disebut karena dia sabar dan ikhlas tak lebih berharga dari berlian yang sedang di sepuh.

dewasa ini rasanya sulit sekali melihat orang2 menyelesaikan masalah dengan teknik penggunaan sabar dan ikhlas ini. yang ada mereka hanya akan memikirkan bahwa dirinya lah yang paling benar dan paling terbaik. padahal dengan sabar dan ikhlas ini dapat menyelesaikan segala masalah hingga akar2nya dan tuntas… namun tanpa kelapangan dada, hanya akan menghasilkan pemasalahan baru yang lebih runyam dan rumit bahkan biasanya bermain otot, benda tumpul atau benda tajam lainnya.

Kita sebagai bangsa indonesia (jika kalian merasa) seharusnya sebagian besar memiliki jiwa ini. karena telah terdidik dalam tata krama kita tiap hari. jika tidak bisa ikhlas dan tidak bisa sabar, maka bisa di bilang dia hampir tidak menjadi bangsa indonesia moderen. tapi siapa yang tahu selain diri manusia itu sendiri yang mengetahuinya, orang lain hanya menilai.

Ternyata dunia ini tidak seburuk yang saya bayangkan

Posted in 1356 on June 5, 2009 by Danang

Rabu, 3 juni 2009…. Saya berserta kawan saya pergi ke bandung dengan niatan untuk refleksi… karena saya dipaksa oleh kawan saya (teh anggi), karena akhir-akhir ini saya penyakitan. dari jatinangor jam 7 pagi dengan naik angkot majalaya-gedebage, dan disambung dengan gede bage-stasion hall. dan sekitar jam 8.30, kami pun tiba disana, sebuah klinik pijat refleksi yang sederhana dengan nuansa warna hijau.

Ketika sudah tiba disana, saya baru tersadar kalau Hanphone(telepon genggam/HP) saya tidak ada. Saya yakin bawa HP, karena kalo ga bawa HP saya ga akan kontak kawan saya tersebut. nah, saya akhirnya yakin kalau HP saya telah raib. Ini sudah yang ketiga kalinya saya kelihangan HP saya, ya sudah saya ikhlas saja. Nah, berhubung kawan saya wanita (bukan maksud untuk mengangkat isu gender), saya tahu kalo tahu HP saya hilang pastilah panik. Nah ketika dia hendak pinjam HP, saya bilang kedia bahwa HP saya hilang. Ternyata benar dugaan saya, dia berasa gelisah, padahal saya sudah mengikhlaskan hp saya yang hilang. Saya yakinkan bahwa memang sudah saatnya HP saya hilang. Apa daya saya seorang manusia yang lahir memang tidak punya apa-apa. Kecuali jika ketika saya lahir saya membawa sesuatu dari rahim ibu saya dan hilang, pastilah saya akan panik bukan kepalang. bahkan mungkin bisa saja saya murka dan membuat kerusuhan dimana-mana hingga barang tersebut hilang. Saya tekankan diri saya bahwa HP saya itu sudah berpindah tangan ke orang lain. Dan dalam hati kecil saya, saya doakan orang yang memegan HP saya agar HP tersebut berguna untuk kebaikan buat dia.

Satu-satunya orang yang saya hubungi ketika HP saya hilang adalah kawan dekat saya (dipo) dengan menggunakan HP teh anggi , bukannya memberi tahu orang tua tetapi malah kawan saya. karena saya tahu orang tua akan sangat gelisah dan resah ataupun marah ketika tahu HP saya yang saya beli dengan uang mereka hilang begitu saja.

Jam 2 akhirnya saya mendapatkan giliran untuk refleksi dan kemudian saya dan kawan saya pulang. di perjalanan tiba-tiba dipo menghubungi saya melalui HP teh anggi bahwa hp saya ketemu dan dia diberitahu dari ibunya.

Jadi begini ceritanya, orang tersebut menghubungi ayah saya, dan ayah saya menghubungi ibu saya, spontan ibu saya menghubungi kakak saya (wanita) dan juga menghubungi ibu sahabat karib saya. sahabat saya langsung menghubungi saya melalui nomor yang saya kirim di pesan singkat. dan Kakak saya menghubungi pacarnya (argin) yang sedang kerja untuk mengambil HP saya. dan kemudian argin cabut dari kerjaannya untuk mengambil HP saya di tangan seorang ibu-ibu. dan ibu yang menemukan HP saya tersebut bernama bu edi.

Setiba saya di kosan, kemudian saya menelpon HP saya dengan menggunakan HP kawan kosan saya (eska). namun ternyata yang angkat adalah laki2, dan dia adalah argin. dan malamnya Argin pun mengantarkan HP saya ke kosan saya. dan saya berterimakasih kepada orang2 yang telah terlibat dalam cerita hilang dan kembalinya HP saya.

Pandangan pendek saya hampir mirip dengan pendapat kaum realis kalsik, dimana manusia itu cenderung untuk mementingkan dirinya sendiri dan bertindak apapun agar keinginannya tercapai. maka ketika saya di bandung , saya yakin kalo HP saya dicopet, sekalipun jatuh pastilah tidak akan kembali karena sifat dasar manusia kota yang pasti akan memilih untuk menguangkan HP tersebut, sehingga mendapatkan uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ditengah makin naiknya harga-harga barang.

Ternyata bu edi ini bukanlah termasuk orang2 yang saya maksud tersebut. dan hal ini meyakinkan saya bahwa masih ada kebaikan di atas bumi yang penuh dengan kebencian ini.

Perihal Landasan Konstitusi kita.

Posted in Opini on May 22, 2009 by Danang

Ada suatu fenomena yang sangat lucu menurut saya pada apa yang terjadi di negara ini…. saat ini adalah masanya Pemilihan Umum… dari partai-partainya saja, hanya sekian partai yang saya anggap cerdas…. tapi dalam tulisan ini bukan partainya yang ingin saya bahas. Melainkan sesuatu yang lebih mendasar lagi.Konstitusi kita diubah….

Banyak dari kita, akademisi, politisi, aparatur negara, bahkan orang-orang dalam partai politik, menyampaikan visi mereka, bahwa Undang-Undang Dasar 1945 adalah sesuatu yang amat sangat sakral untuk kemajuan negara ini. ditambah lagi adanya sistem ekonomi kerakyatan dengan adanya sistem koprasi dan ditegaskan lagi pada UUD45 pasal 33 . Saat ini banyak sekali partai2 politik yang menuliskan asas partai mereka berasaskan UUD45 dan dengan suara lantang mereka akan selalu mendukung ekonomi kerakyatan…

Mungkin dahulu ketika kita masih duduk di bangku sekolah kita selalu mendengar pasal 33 yaitu:

Ayat1: Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan

Ayat2: Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara

Ayat3: Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Hell yeah….!!! it’s the right constitution.. but it was….!!! pada masa soekarno dulu mungkin sistem perekonomiannya mengikuti dan sesuai dengan alur pasal 33 UUD 45 ini. memang betul pasal ini sangat berbau sosialis. Dan saya menganggap pasal ini jika dijalankan oleh orang yang jujur dan tepat, maka pastilah negri ini akan sangat makmur. Setelah Soekarno turun pada tahun 1966 dan digantikan oleh Soeharto, saya berani bilang banyak penghianatan pada pasal ini. Pada dokumentasi yang diajukan oleh John Pilger pada “The New Ruler’s of The World” disebutkan bahwa beberapa minggu setelah soeharto naik, pemerintahan soeharto langsung membuka pasar untuk para investor asing… namun soeharto tidak mengganti UUD45…

Mungkin teman2 masih ingat, ketika tahun 1950, soekarno mengganti UUD45 menjadi UUD 50, maka Indonesia bergejolak…. dan soeharto ketika menjadi presiden, beliau tidak mengganti UUD45. dia biarkan apa adanya karena dia tahu apa yang akan terjadi bila di ganti. Karena itu adalah landasan konstitusional sebuah bangsa… dan pada masa pasca pemerintahan Soeharto, para pemimpin bangsa ini maunya mereka bermain bersih, tapi sudah terlanjur kotor kena lumpur orde baru. Mereka tidak bisa semena2 mengembalikan jalur ekonomi bangsa ini, karena terikat sistem kontrak, dan kalo dilanggar bisa-bisa negara kita di tuntut ke mahkamah internasional… jadi pikiran para elit politik saat ini telah berevolusi, mereka membiarkan UUD tetap ada embel-embel “45”nya.. namun isinya diganti… atau yang kita kenal dengan UUD45 yang diamandemen…

Pasal 33 pun berubah menjadi:
“perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

dan kemudian dilanjutkan:
“Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang2”

yah…kalo dilihat ketentuan lebih lanjut ini berarti memberikan peluang untuk pengeksploitasian oleh perusahaan2 asing lebih lanjut….. coba teman2 cermati… setelah diamandemen tidak ada gejolak yang masif dari penduduk indonesia. pertanyaannya, Mengapa? karena generasi kita telah memiliki roman tersendiri ketika mendengar UUD45… apalagi ada angka sakral bagi bangsa ini, yaitu “45”.  jadi kalo isinya diubah, tapi judulnya sama… ya ga masalah…

Bisa dibilang pemerintahan kita saat ini bermain dengan semiotika. Kita akan diam ketika mendengar UUD45, coba diganti jadi UUD2000 pasti langsung pada ga setuju. Karena kita terlalu nasionalis dengan huruf dan angka. Jika UUD 45 sudah diganti pastilah jadinya para orang penting di Indonesia akan saling memangsa. Hanya untuk keuntungan pribadi.

Oiya, untuk tambahan, Kita sudah bukan lagi Demokrasi Pancasila, tapi Demokrasi Neoliberal.

“KIASAN SEBUAH GUA” DARI PLATO

Posted in Opini on October 25, 2008 by Danang

Plato (427-347 B.C.) adalah salah satu filsuf terkemuka dari zaman yunani kuno. Plato memformulakan filosofinya menjelang semangat meningkatkan aktifitas intelektual pada zaman yunani kuno. Plato menjadikan gurunya yaitu Socrates (470?-399 B.C.) sebagai teladannya. Plato menggunakan Socrates sebagai sifat karakter utama dalam banyak kerjanya. Dalam The Republic, Plato mengatakan bahwa kiasan yang sangat berguna dalam menggambarkan kesulitan dan ganjaran dari kritik-kritik analisis filosofi. Kiasan tersebut adalah kiasan tentang sebuah gua. Kiasan tentang gua, sebenarnyatidak membicarakan gua secara keseluruhan tentang gua tersebut, tetapi dengan menggenggam pertanyaan yang kita butuhkan untuk memahami dalam tujuan mengetahui tentang dunia. Ini alasan, mengapa kiasan sangat berguna dalam membandingkan teori-teori politik. Karena teori politik adalah sejarah pencarian dalam memberi penerangan tentang dunia dalam pertanyaan politik yang bersifat nomatif. Dalam sebuah kiasan, Socrates berpendapat bahwa kita harus membayangkan diri kita sendiri hidup di dalam gua bawah tanah. Sebagai penduduk dalam gua bawah tanah tersebut, kita secara tidak sadar pada aspek yang paling pokok, yaitu lingkungan yang kita tinggali tersebut. Sebagai contoh, kita tidak tahu bahwa kita benar-benar berada di dalam gua, karena kita berasumsi bahwa sekitar kita merupakan seluruh jagat raya. Kita tidak tahu apapun mengenai level permukaan tanah diatas kita, langit, matahari, karena kita secara otomatis percaya bahwa semua hal yang kita lihat adalah nyata. Pada pandangan kita didalam gua tersebut, Socrates menjelaskan, sangatlah terbatas. Gua tersebut sangat suram sekali dan dalam memahami suatu gambar dan suatu bentuk sangatlah sulit. Bagaimanapun juga kita tinggal didalam gua tersebut, kita tidak merasa bahwa didalam gua tersebut gelap dan pandangan kita kabur. Bagi kita yang tinggal di gua tersebut hal itu normal.

Segala sesuatu yang terjadi di dalam gua tersebut kita tidak tahu-menahu. Kita terbelenggu sehingga kita hanya dapat melihat lurus kedepan saja. Hampir tidak pernah melihat kebelakang, kita tidak pernah tahu walaupun itu mungkin, dan kita tidak menyadari bahwa kita terbelenggu. Dibelakang kita ada tiga benda penting, yaitu: tuangan nyala api pada dinding gua, jalan setapak yang menuntun kita keluar dari gua tesebut, dan sekelompok orang bergerak yaitu bayangan pada dinding gua. Kita hanya melihat bayangan di depan kita dan tidak mendapat petunjuk secara pasti bahwa bayangan tersebut tercipta dari benda-benda yang bergerak. Dan apabila seorang individu keluar dari gua yang gelap ke daratan dia akan merasa ketakutan karena adanya cahaya dari sinar matahari yang sangat besar sekali bagi individu yang tinggal di dalam gua tersebut. Lalu kemudian secara berangsur segala sesuatu mulai berubah.matanya menyesuaikan, tidak hanya matahari yang dilihatnya tetapi juga daratan, langit dan dunia. Individu tersebut mulai sadar bahwa ada seluruh jagat raya diluar gua yang ia tinggali tersebut. Gua bukanlah dunia, hidup didalam kebelengguan sangatlah tidak bebas, hanya melihat bayangan yang bergerak sepanjang jalan di gua, bukanlah pengetahuan yang sebenarnya. Lantas, mana yang benar…??? apakah kita berhasil keluar dari satu goa, lantas masuk ke goa lainnya???